Desa Lompio

Desa Lompio adalah sebuah dusun yang pada waktu itu disebut dengnan BOYA yang merupakan bagian dari “ Kampung Lende “ yang awalnya bernama “ Boya Sompoa Pangana “. Sompoa berarti pelabuhan, sedangkan Pangana berarti pinang, jadi Sompoa Pangana berarti Pelabuhan Pinang. Tumbuhan Pinang ( Pangana ) adalah tumbuhan monocotil yang banyak tumbuh dan berkembang secara liar disekitar pemukiman dan hutan, utamanya di daerah sekitar pantai yang pada saat itu pula masih cukup jauh dari bibir pantai, sebelum abrasi pantai saat ini. Pada saat itu, masyarakat nelayan maupun perahu-perahu besar lainnya sering menambatkan perahunya di pantai Sompoa Pangana, sehingga seakan-akan menjadi sebuah pelabuhan rakyat. Disinilah masyarakat terinspirasi dan memberi nama “ Sompoa Pangana “ Atau “ Pelabuhan Pinang “.

Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan pertambahan penduduk, sekaitan dengan upaya pemekaran Kecamatan Sirenja lepas dari Distrik Tawaili Utara yang awalnnya hanya 5 Desa ( Lende, Tompe, Jono Oge, Tanjung Padang dan Tondo ). Maka pada tanggal 04 Maret 1966, Boya Sompoa Pangana resmi berdiri dengan perubahan nama menjadi Kampung Lompio. Nama Lompio diambil dari jenis tumbuhan rawa yang pada saat itu pula banyak tumbuh liar di sebagian besar rawa yang ada di Kampung Lompio.

Desa Lompio memilki luas wilayah 23.500 Ha yang terdiri dari 4 (Empat) Dusun dan 4 RT dan Desa Lompio terletak di pesisir pantai Kabupaten Donggala.

Nama Desa Lompio berasal dari bahasa Kaili Suku Tajio yang disebut LENDU yang artinya tidak terlihat, jadi Desa Lompio adalah Benteng Pertahanan yang tidak terlihat.

Desa Lompio selama berdirinya telah melakukan pergantian Kepala Kampung (Kepala
Desa) sebagai berikut :